PEREMPUAN satu ini menjadi perempuan yang sedap dipandang diantara sejumlah pejabat perempuan di lingkungan Pemkab Subang. Sering hadir dalam rapat-rapat DPRD Subang menyangkut pelayanan kesehatan karena kapasitasnya sebagai Wakil Direktur RSUD Subang.
Di usianya yang meski telah menginjak 46 tahun, perempuan bernama dr Dwinan Marchiawati ini, sebagai abdi pelayanan kesehatan, menyimpan cita-cita besar dalam hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya.
"Sejak SD hingga kuliah, saya ingin jadi dokter, mengobati orang sakit. Dan sekarang, cita-cita saya lebih besar lagi, saya ingin semua orang tetap sehat dan tidak ada orang yang jatuh miskin karena tidak sehat," kata Dwinan kepada belum lama ini.
Cita-cita yang terpatri sejak ia kecil ia pendam dan perjuangkan dengan berjibaku. Sebagai bekal, prestasi murid berprestasi dari tingkat SD hingga kuliah telah ia dapatkan hingga pada akhirnya, cita-cita sebagai dokterpun ia peroleh.
"Saya kuliah di Unpad tahun 1986. Tapi baru jadi dokter di tahun 1996. Waktu itu, saya dokter di Balai Pengobatan Sanghyang Sri, sempat pindah ke Garut dan 2002 hingga sekarang di Subang, masih jadi dokter,' ujar Dwinan.
Semasa mengenyam pendidikan dasar hingga tinggi, selain dikenal sebagai murid yang berprestasi, ia juga kerap kali dikenal sebagai murid yang aneh oleh sejumlah gurunya.
"Sebenarnya itu karena saya selalu bertanya pada guru saya untuk hal-hal yang kecil tapi sulit dijawab. Sempat saya nanya ke guru saya, kenapa waktu kita nguap orang-orang di sekitar pasti nguap. Saat itu guru saya nganggap saya aneh karena nanya gitu, saya kan cuma kepo saja padahal," kata Dwinan sambil terkekeh.
Sebagai wakil Direktur RSUD Subang, pahit getir menghadapi pasien telah ia hadapi. Tidak hanya itu, kerap kali ia sering berhadapan dengan oknum anggota DPRD Subang yang menginginkan berobat gratis di RSUD milik Pemkab Subang tersebut.
"Saya anggap itu sebagai dinamika hidup saja. Pada intinya, profesi dokter itu kan pengabdian konkret kepada masyarakat. Lebih jauh, bentuk pelayanan ideal dalam dunia kesehatan itu kan bagaimana si pasien bisa terlayani dengan baik," ujarnya.
Saat ini, di usianya yang akan menuju setengah abad, ia bak seorang pelajar yang masih tetap berjibaku dan bersemangat mengejar cita-citanya. Apalagi, perempuan asli Subang ini, mengharapkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
"Rumah sakit yang selalu penuh itu sebenarnya PR. Saya sebagai dokter, memiliki tugas gimana caranya agar mereka selalu sehat dan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit, dan waktunya bisa termanfaatkan dengan baik untuk hal-hal yang mendukung pekerjaan atau kehidupan mereka, terlebih lagi, jangan sampai ada yang jatuh miskin karena tidak sehat," kata Dwinan.
Di luar profesinya saat ini sebagai dokter dan sebagai Wakil Direktur RSUD Subang, ia menjadi orang tua yang membesarkan dan mendidik kedua anaknya secara sendirian. Di luar cita-citanya yang ingin membuat masyarakat Subang selalu sehat, ia juga mendidik anak-anaknya untuk mandiri, disiplin dan berambisi untuk meraih cita-cita.
"Meski single parents, saya enggak pernah merasa benar-benar terhambat melakukan pekerjaan. Pekerjaan lancar, mendidik anak juga lancar. Sedari kecil, saya mendidik anak-anak saya untuk bekerja keras, belajar dan tidak leha-leha," kata dia.
Tidak hanya pada anak-anaknya saja ia menanamkan hal itu. Bahkan, ketika ia bertemu dengan pasien anak-anak pun, ia selalu mencamkan pada mereka untuk selalu belajar dan bekerja keras.
"Kadang pada satu waktu saya nengok pasien anak-anak, saya menghibur mereka yang sedang sakit. Di sela-sela itu, saya tanamkan bahwa belajar dan pendidikan itu perlu diraih. Selama ini saya yakin bahwa orang yang berilmu dan bekerja keras itu akan selalu memiliki jalan," kata dia.
Namun demikian,di luar cita-cita besarnya itu, belakangan ini rupanya ia mulai memikirkan untuk menjadi kepala daerah di Kabupaten Subang.
"Belakangan ini saya mulai kepikiran untuk jadi Bupati SUbang. Itu bukan berangkat dari keinginan berpolitik atau apa, hanya saja, sederhana sih, saya hanya ingin kondisi yang lebih baik dari sekarang. Mengenai kapan jadi bupati, saya belum kepikiran meski sekarang lagi rame pilkada. Hanya baru kepikiran saja," kata Dwinan.
sumber
Artikel Lainnya :
Puluhan Warga Kalijati Tertipu Rp 1,3 Miliar
Di usianya yang meski telah menginjak 46 tahun, perempuan bernama dr Dwinan Marchiawati ini, sebagai abdi pelayanan kesehatan, menyimpan cita-cita besar dalam hidupnya untuk mengabdi pada masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya.
"Sejak SD hingga kuliah, saya ingin jadi dokter, mengobati orang sakit. Dan sekarang, cita-cita saya lebih besar lagi, saya ingin semua orang tetap sehat dan tidak ada orang yang jatuh miskin karena tidak sehat," kata Dwinan kepada belum lama ini.
Cita-cita yang terpatri sejak ia kecil ia pendam dan perjuangkan dengan berjibaku. Sebagai bekal, prestasi murid berprestasi dari tingkat SD hingga kuliah telah ia dapatkan hingga pada akhirnya, cita-cita sebagai dokterpun ia peroleh.
"Saya kuliah di Unpad tahun 1986. Tapi baru jadi dokter di tahun 1996. Waktu itu, saya dokter di Balai Pengobatan Sanghyang Sri, sempat pindah ke Garut dan 2002 hingga sekarang di Subang, masih jadi dokter,' ujar Dwinan.
Semasa mengenyam pendidikan dasar hingga tinggi, selain dikenal sebagai murid yang berprestasi, ia juga kerap kali dikenal sebagai murid yang aneh oleh sejumlah gurunya.
"Sebenarnya itu karena saya selalu bertanya pada guru saya untuk hal-hal yang kecil tapi sulit dijawab. Sempat saya nanya ke guru saya, kenapa waktu kita nguap orang-orang di sekitar pasti nguap. Saat itu guru saya nganggap saya aneh karena nanya gitu, saya kan cuma kepo saja padahal," kata Dwinan sambil terkekeh.
Sebagai wakil Direktur RSUD Subang, pahit getir menghadapi pasien telah ia hadapi. Tidak hanya itu, kerap kali ia sering berhadapan dengan oknum anggota DPRD Subang yang menginginkan berobat gratis di RSUD milik Pemkab Subang tersebut.
"Saya anggap itu sebagai dinamika hidup saja. Pada intinya, profesi dokter itu kan pengabdian konkret kepada masyarakat. Lebih jauh, bentuk pelayanan ideal dalam dunia kesehatan itu kan bagaimana si pasien bisa terlayani dengan baik," ujarnya.
Saat ini, di usianya yang akan menuju setengah abad, ia bak seorang pelajar yang masih tetap berjibaku dan bersemangat mengejar cita-citanya. Apalagi, perempuan asli Subang ini, mengharapkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
"Rumah sakit yang selalu penuh itu sebenarnya PR. Saya sebagai dokter, memiliki tugas gimana caranya agar mereka selalu sehat dan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit, dan waktunya bisa termanfaatkan dengan baik untuk hal-hal yang mendukung pekerjaan atau kehidupan mereka, terlebih lagi, jangan sampai ada yang jatuh miskin karena tidak sehat," kata Dwinan.
Di luar profesinya saat ini sebagai dokter dan sebagai Wakil Direktur RSUD Subang, ia menjadi orang tua yang membesarkan dan mendidik kedua anaknya secara sendirian. Di luar cita-citanya yang ingin membuat masyarakat Subang selalu sehat, ia juga mendidik anak-anaknya untuk mandiri, disiplin dan berambisi untuk meraih cita-cita.
"Meski single parents, saya enggak pernah merasa benar-benar terhambat melakukan pekerjaan. Pekerjaan lancar, mendidik anak juga lancar. Sedari kecil, saya mendidik anak-anak saya untuk bekerja keras, belajar dan tidak leha-leha," kata dia.
Tidak hanya pada anak-anaknya saja ia menanamkan hal itu. Bahkan, ketika ia bertemu dengan pasien anak-anak pun, ia selalu mencamkan pada mereka untuk selalu belajar dan bekerja keras.
"Kadang pada satu waktu saya nengok pasien anak-anak, saya menghibur mereka yang sedang sakit. Di sela-sela itu, saya tanamkan bahwa belajar dan pendidikan itu perlu diraih. Selama ini saya yakin bahwa orang yang berilmu dan bekerja keras itu akan selalu memiliki jalan," kata dia.
Namun demikian,di luar cita-cita besarnya itu, belakangan ini rupanya ia mulai memikirkan untuk menjadi kepala daerah di Kabupaten Subang.
"Belakangan ini saya mulai kepikiran untuk jadi Bupati SUbang. Itu bukan berangkat dari keinginan berpolitik atau apa, hanya saja, sederhana sih, saya hanya ingin kondisi yang lebih baik dari sekarang. Mengenai kapan jadi bupati, saya belum kepikiran meski sekarang lagi rame pilkada. Hanya baru kepikiran saja," kata Dwinan.
sumber
Artikel Lainnya :
Puluhan Warga Kalijati Tertipu Rp 1,3 Miliar
Komentar
Posting Komentar